angkot ke alun alun bandung

Penumpangharus menggunakan kartu Jak Lingko agar bisa menaiki angkot tersebut. Kartu tersebut di-tap ke mesin khusus yang ada di kursi pengemudi. Punya Alun-alun Besar Hingga Jalur Bawah Tanah Asri Banget! Di Bandung Bisa Makan Nasi Liwet di Tengah Sawah . detikOto. Boom! Hati-hati Aki Mobil Bisa Meledak . part of . Hampirdi setiap kota atau kabupaten di Indonesia memiliki Alun-Alun yang biasanya difungsikan sebagai pusat kegiatan, baik yang bersifat formal maupun non formal. Alun-Alun Kota Depok diresmikan pada tahun 2020, di bulan Januari oleh Walikota Depok Mohammad Idris. Dengan menempati lahan seluas 3,9 hektar. Sorry Shiro lagi direhatkan dahulu. Kali ini vlognya gabut jalan saja,entah ngapain jalan sampai Braga hingga Bandung Electronic Center lumayan ramai yang b Enjangmengatakan, ada sekitar 40 unit angkot bodong yang lewat jalur Alun-alun sampai Cicaheum. Namun, hanya 22 unit armada yang terdata. “Dari jumlah 22 unit tersebut sekitar 60 persen armada adalah milik oknum aparat,” terang Enjang. Karenanya dalam operasi penertiban nanti, Enjang menggandeng pihak aparat dan kejaksaan. Kota Bandung sudah mencoba menyiapkan skema ini pada satu rute angkot. Konsep angkot yang beralih ke trayek feeder sudah diujicobakan di Gunung Batu," katanya. Menanggapi program BRT di Kota Bandung, Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menyampaikan, perlu adanya koordinasi berkelanjutan untuk mempercepat https://groups.google.com/g/nunutv/c/C-0yX1zK4AQ. Alun-Alun Bandung Harga Tiket Masuk Gratis. Jam Buka 24 Jam. Nomor Telepon -. Alamat / Lokasi Jl. Asia Afrika, Balonggede, Regol, Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 40251. Bandung bisa dikatakan lengkap dalam penyediaan tempat wisata. Baik yang mewah dan mahal sampai yang terjangkau bahkan gratis. Salah satu tempat wisata yang tidak menguras kantong adalah Alun-Alun Bandung. Sejak proses revitalisasi menjadi alun-alun bergaya modern dan menarik, objek wisata di pusat kota itu jadi salah satu ikon kebanggaan warga Kota Bandung. Alun-Alun Bandung jadi tujuan yang tepat bagi pelancong untuk menikmati suasana Kota Bandung secara cuma-cuma. Baca 49 Tempat Wisata Di Bandung Terlengkap Tiket Masuk Alun-alun Bandung Alun-Alun Bandung bisa terbuka untuk siapa saja tanpa perlu membayar tiket masuk. Terdapat biaya parkir bagi pengunjung yang memarkirkan kendaraan pribadinya di area parkir bawah tanah. Harga Tiket Masuk Tiket Masuk Gratis Baca JALAN BRAGA Bandung 4 Aktivitas Menarik Jam Operasional Alun-Alun Bandung terbuka untuk umum setiap hari selama 24 jam. Tempat ini paling ramai pada masa liburan, malam Minggu, dan akhir pekan. Datanglah pada pagi atau sore hari agar cuaca tidak terlalu panas untuk bersantai di lapangan. Jam Buka Setiap hari 24 jam Suasana Alun-Alun Bandung di malam hari – Foto Google Maps/Fenta Fijayanto Alun-Alun Bandung memiliki sejarah yang cukup panjang. Plasa di jantung kota ini sudah berdiri sejak tahun 1811. Bersamaan dengan pengembangan kota di bawah kepemimpinan Bupati Wiranatakusumah II, sang pendiri Kota Bandung. Hingga tahun 2014, areanya masih berwujud taman luas yang memiliki air mancur sebagai salah satu simbol Bandung. Sejak Ridwan Kamil menjadi wali kota, Alun-Alun Bandung mengalami renovasi besar-besaran. Wujud taman dengan pot-pot besar berisi tanaman hias telah hilang dan berganti dengan lapangan rumput sintetis yang luas. Dengan rupa lebih modern, tempat ini sekarang jadi salah satu magnet bagi wisatawan. Selain lapangan rumput, di sekitar alun-alun juga terdapat banyak spot yang menarik. Baca D’Dieuland Bandung Tiket Masuk & Aktivitas Lapangan Rumput Sintetis Area lapangan hijau dengan rumput sintetis sebagai ruang terbuka – Foto Google Maps/NOFRI Adi Tempat yang utama dan selalu menarik perhatian wisatawan adalah wujud Alun-Alun Bandung yang berupa lapangan hijau luas. Lahan seluas meter persegi tersebut berlapis rumput sintetis dengan motif geometris. Sangat cantik apalagi jika terlihat dari atas. Meski berbeda bentuk, namun fungsinya tetap sama menjadi ruang terbuka bagi masyarakat untuk berkumpul dan bersantai. Rumput sintetis sengaja digunakan karena mempertimbangkan ketahanannya. Oleh karena itu, siapa pun yang ingin menginjaknya harus melepas alas kaki. Dengan begitu, pengunjung bisa lebih nyaman dan leluasa untuk menikmati waktu santai atau rekreasinya di sini. Baca Forest Walk Babakan Tiket Masuk & Aktivitas Di sisi utara, terdapat area bermain anak lengkap dengan wahana permainan edukatif. Sementara itu, di sisi selatan berdiri taman dengan bangku-bangku. Seluruh pengunjung boleh menikmati Alun-Alun Bandung sesuai keinginannya—santai, diskusi, bermain, berfoto, atau piknik. Namun, tetap selalu mematuhi aturan untuk menjaga kebersihan dan sarana-prasarana yang ada. Masjid Raya Bandung Masjid Raya Bandung dulunya bernama Masjid Agung Bandung – Foto Google Maps/Rizky Madey Baca Taman Hutan Raya Djuanda Tiket Masuk & Aktivitas Lapangan rumput alun-alun berada tepat di depan halaman Masjid Raya Bandung. Masjid ini memiliki usia yang sama dengan alun-alun. Dengan ciri khas berupa kubah berwarna emas dan dua menara menjulang di sisi kanan dan kiri. Masjid yang awalnya bernama Masjid Agung Bandung ini juga tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Pemandangan dari puncak menara Masjid Raya Bandung – Foto Google Maps/Ridha Mustika Baca Taman Lalu Lintas Bandung Tiket Masuk & Aktivitas Selain sebagai tempat ibadah umat muslim, Masjid Raya Bandung merupakan tempat wisata. Wisatawan bisa naik ke puncak kedua menara yang mengapit bangunan utamanya. Dengan membayar tiket yang cukup murah, pengunjung akan dibawa menggunakan lift hingga ke atas. Pemandangan alun-alun dari atas serta panorama Kota Bandung akan jadi memori yang mengesankan. Perlu dicatat, pengunjung tidak bisa naik ke puncak menara pada pagi hari dan malam hari. Jumlah pengunjung pun terbatas agar tidak membebani lift. Selain itu, menara ini juga tutup pada waktu salat Jumat. Baca Museum Asia Afrika Tiket Masuk & Atraksi Memori Asia-Afrika Monumen Asia-Afrika di pertigaan Alun-Alun – Foto Google Maps/faridah fang Bandung adalah ibukota bagi Asia-Afrika. Kota ini pernah menjadi saksi sejarah yang penting bagi Indonesia, terutama di bidang politik luar negeri. Pada 18 – 24 April 1955, Bandung menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika. Dari konferensi ini, lahir Dasasila Bandung yang berarti bagi bangsa dari negara-negara terjajah di dunia, khususnya di kedua benua Untuk mengenang semangat tersebut, dibangun monumen dan museum Konperensi Asia-Afrika. Wisatawan bisa menemukan Museum KAA yang berada tak jauh dari Alun-Alun Bandung. Museum ini memamerkan koleksi benda dan foto yang terkait dengan acara bersejarah tersebut. Museum KAA juga aktif menyelenggarakan aktivitas literasi dan budaya yang bisa diikuti kalangan umum. Interior Museum Konperensi Asia-Afrika – Foto Google Maps/Amanda Ratih Di pertigaan Jalan Alun-Alun Timur dan Jalan Asia Afrika, terdapat sebuah monumen berbentuk bola dunia. Dengan warna hitam yang mentereng, monumen ini berhias nama-nama negara anggota Konferensi Asia-Afrika. Monumen tersebut menjadi salah satu lokasi foto favorit wisatawan. Baca Museum Asia Afrika Tiket Masuk & Atraksi Spot Foto Sekitar Alun-Alun Gedung Merdeka, salah satu gedung lama bersejarah – Foto Google Maps/Rusdi Sanad Baca Kebun Binatang Bandung Tiket Masuk & Atraksi Sebagai destinasi incaran wisatawan, Alun-Alun Bandung dan sekitarnya semakin berbenah dan mempercantik diri. Kawasan yang paling ramai oleh para pemburu swafoto adalah sepanjang Jalan Asia-Afrika. Di jalan ini, berdiri bangunan-bangunan lama yang masih mempertahankan gaya arsitektur kolonial. Mulai dari Museum KAA, Gedung Merdeka, hingga jembatan penyeberangan. Jembatan penyeberangan ini penuh kutipan dari Pidi Baiq dan M. A. W. Brouwer. Jembatan ini termasuk salah satu ikon Bandung yang populer dan sering wara-wiri di media sosial sebagai lokasi foto artistik. Bagian dalam jembatan penyeberangan dengan dekorasi kutipan dari Pidi Baiq – Foto Google Maps/Herdiyanto Hideki Di trotoar Jalan Asia-Afrika dan Jalan Alun-Alun Timur pun tidak luput dari dekorasi. Beberapa meter mendekati alun-alun, terpajang di dinding dengan desain grafis menarik. Desainnya berganti secara berkala sehingga tidak akan membuat mata bosan. Banyak juga para “cosplayer” dengan kostum unik yang bersedia untuk ikut berfoto kapan pun. Jalan Dalem Kaum Pusat perbelanjaan Jalan Dalem Kaum yang selalu ramai – Foto Google Maps/Dis No Baca 70+ Tempat Wisata Di Bandung Paling Menarik Di sisi selatan Alun-Alun Bandung, terdapat Jalan Dalem Kaum yang terkenal sebagai pusat perbelanjaan. Di jalan ini, wisatawan bisa menemukan pertokoan hingga barisan pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai barang. Pakaian, makanan, buah tangan, semua bisa didapatkan di sini dengan harga bervariasi. Di jalan ini juga terdapat rumah dinas wali kota serta pendopo kota. Wisatawan bisa rehat sejenak di taman sekitar pendopo yang asri. Sempatkan juga untuk bertandang ke makam Bupati Wiranatakusumah II yang berada di belakang Masjid Raya Bandung. Lokasinya bisa dicapai melalui gang di samping Toko Dunia Sepatu di Jalan Dalem Kaum. Bus Bandros siap mengantar wisatawan berkeliling Bandung – Foto Google Maps/Siti Nurfitri Aini Di seberang pendopo, tepat di samping taman alun-alun, terdapat halte Bus Bandros. Bus terbuka bertajuk “Bandung Tour on Bus” ini akan membawa wisatawan berkeliling ke beberapa objek wisata di Bandung. Rutenya yaitu Alun-Alun Bandung, Cibaduyut, Leuwi Panjang, Museum Sri Baduga, Alun-Alun Regol, dan daerah Buah Batu. Bus Bandros merupakan pilihan tepat bagi wisatawan yang ingin mengelilingi Bandung dengan menghemat waktu, tenaga, dan tentu saja biaya. Fasilitas Alun-Alun Bandung Alun-Alun Bandung menyediakan fasilitas area parkir bawah tanah, toilet, dan kantin. Arena bermain anak dan taman masing-masing berada di sisi utara dan selatan alun-alun. Lokasi Alun-Alun Bandung Objek wisata Alun-Alun Bandung terletak di pusat Kota Bandung, diapit oleh Jalan Asia-Afrika dan Jalan Dalem Kaum. Lokasinya bisa dicapai dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Pilihan Transportasi umum di antaranya yaitu angkot Stasiun Hall – Gede Bage, Kebon Kelapa – Buah Batu, Elang – Cicadas, dan Kebon Kelapa – Elang. Mayoritas bus DAMRI juga berakhir di halte Alun-Alun Bandung. Bandung - Berkunjung ke Kota Bandung tak lengkap rasanya jika tidak singgah ke beberapa kawasan yang sudah tersohor di wilayah Ibu Kota Jawa Barat ini. Mulai dari Gedung Sate, Balai Kota hingga ke jalan-jalan ikonik di kawasan Alun-alun Bandung yang menjadi spot foto favorit para pelancong yang datang ke Kota bisa tiba di sejumlah kawasan itu, anda dapat menggunakan moda transportasi angkot yang sangat mudah dijangkau di Kota ini rangkuman detikJabar mengenai rute dan tarif angkot yang bisa menjadi acuan jika berkunjung ke Kota Bandung Dilansir dalam salinan Keputusan Wali Kota Kepwal Bandung Nomor tentang Penetapan Tarif Angkutan Penumpang Umum di Kota Bandung, total ada 39 trayek angkot yang beroperasi di Kota pihak Dishub, sejak 2016 hingga sekarang belum ada penyesuaian tarif kembali untuk ongkos angkot ini. Berikut rinciannyaAbdul Muis - Cicaheum Via Binong Kode Tarif Rp Muis - Cicaheum Via Aceh Kode Tarif Rp Muis - Dago Kode 02 Tarif Rp Muis - Ledeng Kode 03 Tarif Rp Muis - Elang Kode 04 Tarif Rp - Ledeng Kode 05 Tarif Rp - Ciroyom Kode 06 Tarif - Ciwastra - Derwati Kode 07 Tarif - Cibaduyut Kode 08 Tarif Rp Hall - Dago Kode 09 Tarif Rp Hall - Sadang Serang Kode 10 Tarif Rp Hall - Ciumbuleuit Via Eykman Kode 11A Tarif Hall - Ciumbuleuit Via Cihampelas Kode 11B Tarif Rp Hall - Gede Bage Kode 12 Tarif Hall - Sarijadi Via Sukajadi Kode 13 Tarif Rp Hall - Sarijadi Via Setrasari Mall Kode 14 Tarif Rp Hall - Gunung Batu Kode 15 Tarif Rp Raya - Ledeng Kode 16 Tarif Rp - Riung Bandung Kode 17 Tarif Rp Induk Caringin - Dago Kode 18 Tarif Rp Permai - Dipatiukur - Dago Kode 19A Tarif Rp - Sarijadi Kode 19B Tarif Rp - Bumi Asri Kode 20 Tarif Rp - Cikudapateuh Kode 21 Tarif Rp - Cipagalo Kode 22 Tarif Rp - Cijerah Kode 23 Tarif Rp - Cimindi Kode 24 Tarif Rp - Ujung Berung Kode 25 Tarif Rp - Tegallega Kode 26 Tarif Rp - Ciwastra - Derwati Kode 27 Tarif Rp - Gedabage - Ujung Berung Kode 28 Tarif Rp Muis - Mengger Kode 29 Tarif Rp - Elang Kode 30 Tarif Rp - Ciroyom Kode 31 Tarif Rp - Cibiru - Panyileukan Kode 32 Tarif Rp Panyileukan - Sekemirung Kode 33 Tarif Rp Serang - Caringin Kode 34 Tarif Rp - Karang Setra Kode 35 Tarif Rp Atas - Halteu Andir Kode 36 Tarif Rp perlu dicatat, tarif untuk rute angkot ini hanya menjadi acuan dan bisa saja berbeda dengan kondisi di lapangan. Jika Anda masih ragu, anda bisa menanyakan langsung tarif ini kepada sopir angkot saat sudah tiba di tempat tujuan. Dan jangan lupa, siapkan uang pas untuk membayar ongkos angkot yang akan anda naiki nanti. ral/ors Anda mau ke Jalan Asia Afrika, Bandung? Berikut informasi angkot ke Asia Afrika. Angkot ke Asia Afrika tidak terlalu banyak. Angkutan tersebut tidak melawati jalan ini sejak di persimpangan lima. Angkot ke Asia Afrika yang secara utuh hanya Angkot Cicaheum – Cileunyi. Itupun hanya bisa pada malam hari. Angkot Cicaheum – Cileunyi meneruskan perjalanan dari Terminal Cicaheum ke Jalan Ahmad Yani, Cicadas A. Yani, Jalan Jakarta. Kemudian ke Kosambi A. Yani, Jalan Asia Afrika, – Alun-Alun Asia Afrika, Jalan Sudirman dan berakhir di Cibeureum. Angkot Abdul Muis-Elang, angkot lewat Asia Afrika. Namun hanya di kawasan alun-alin saja. Mengawali perjalanan dari Terminal Kebon Kalapa, kemudian Jalan Dewi Sartika dan Alun-Alun. Dari Alun-alun ini berbelok ke Jalan Banceuy, kemudian ke Jalan Suniaraja, Jalan Otista, dan Jalan Stasiun Timur. Dari Viaduct, ankot berbelok ke Jalan Kebon Jukut, Jalan Kebon Kawung, Stasiun Bandung Kebon Kawung, Jalan Pasir Kaliki, Jalan Pajajaran. Setelah dari Jalan Pajajaran berbelok ke Jalan Abdul Rahman Saleh, Jalan Garuda, Jalan Dadali, Jalan Kasuari, Jalan Rajawali Barat, berkahir di Elang. Angkot Stasiun Hall – Gede Bage termasuk angkot lewat Asia Afrika. Dari Stasiun Hall angkot ini menuju Jalan Dulatip, kemudian ke Pasara Baru, Jalan Otto Iskandardinata Otista. Setelah itu melewati Jalan Kepatihan, Jalan Dewi Sartika, Jalan Dalem Kaum, Alun-alun Asia Afrika. Dari Alun-alun, angkot berbelo ke Jalan Banceuy, Jalan ABC, Jalan Naripan, Jalan Sunda, Jalan Veteran, dan Jalan Ahmad Yani. Di simpang lima berbelok ke Jl. Gatot Subroto, Jl. Burangrang, Jl. Halimun, Jl. Malabar, Jl. Talaga Bodas. Dari Talaga Bodas berbelok ke Jl. Pelajar Pejuang, Jl. Martanegara, Jl. Reog, Jl. Karawitan, Jl. Kliningan, Jl. Buah Batu. Kemudian ke Jl. Sukarno-Hatta menunju Pasar Induk Gedebage. Stasiun Hall – Gede Bage–>TERMINAL STASIUN HALL – Jl. Dulatip – PASAR BARU – Jl. Otto Iskandardinata Otista – Jl. Kepatihan – Jl. Dewi Sartika – Jl. Dalem Kaum – ALUN-ALUN BANDUNG – Jl. Banceuy – Jl. ABC – Jl. Naripan – Jl. Sunda – Jl. Veteran – Jl. Ahmad Yani – PASAR KOSAMBI – Jl. Gatot Subroto – Jl. Burangrang – Jl. Halimun – Jl. Malabar – Jl. Talaga Bodas – Jl. Pelajar Pejuang – Jl. Martanegara – Jl. Reog – Jl. Karawitan – Jl. Kliningan – Jl. Buah Batu – ISBI dulu STSI – Jl. Sukarno-Hatta – STISI TELKOM – SAMSAT Soekarno Hatta – UNINUS – Margahayu Raya – Metro – Riung Bandung – PASAR INDUK GEDEBAGE Elang – Cicadas Elang – Kebon Kelapa<–Terminal Kebon Kelapa – Jl. Dewi Sartika – Alun-Alun – Jl. Banceuy – Jl. Suniaraja – Jl. Otista – Jl. Stasiun Timur – Viaduct – Jl. Kebon Jukut – Jl. Kebon Kawung – Stasiun Bandung Kebon Kawung – Jl. Pasir Kaliki – Jl. Pajajaran – Jl. Abdul Rahman Saleh – Jl. Garuda – Jl. Dadali – Jl. Kasuari – Jl. Rajawali Barat – Elang Angkot Cicaheum – Cileunyi Rute malam hari setelah Terminal Cicaheum diteruskan ke Jl. Ahmad Yani – Cicadas A. Yani – Jl. Jakarta – Kosambi A. Yani – Jl. Asia Afrika – Alun-Alun Asia Afrika – Jl. Sudirman – Cibeureum Setiap alun-alun atau sepetak lapangan luas yang biasanya terletak di depan sebuah pendopo atau semacam keraton pada masa kerajaan, kerap kali dipercaya oleh penduduk setempat dengan kesan magis. Letak kesan kemagisannya berupa penanaman pohon beringin di tengah-tengah dan setiap sisi alun-alunnya. Selain itu, alun-alun juga memiliki kesan menakutkan, karena pada masanya digunakan sebagai kegiatan formal “kenegaraan” termasuk tempat pelaksanaan hukuman bagi pada pelaku kriminal seperti yang tertulis pada Jurnal Patanjala. Miftahul Falah, Agusmanon Yuniadi, dan Rina Adyawardhina melakukan penelitian mengenai “Pergeseran Makna Filosofis Alun-Alun Kota Bandung pada Abad XIX-Abad XXI”. Dalam penelitiannya tertulis bahwa bersamaan dengan hari jadi Kota Bandung, Alun-alun Kota Bandung menjadi salah satu elemen pembentuk kota sebagai pusat pemerintahan kabupaten Bandung saat 25 september 1810 silam. Alun-alun Kota Bandung yang dibangun berdasarkan dengan prinsip kosmologi ini merupakan wujud dari tata ruang kota. Baca Juga Mendefinisikan Kembali Perjalanan ke Bandung Selatan di Waktu Malam Alun-alun Bandung saat Masa Kerajaan Sebuah alun-alun tak hanya sekedar sepetak lapangan luas yang terbuka atau biasa disebut dengan taman kota saja. Namun, alun-alun merupakan salah satu bagian dari tata ruang kota tradisional. “Pada masa kerajaan, alun-alun merupakan batas antara wilayah sakral yakni keraton atau pendopo dan wilayah profan. Alun-alun menjadi tempat di mana kekuasaan raja terpancar ke seluruh negeri atau kabupaten,” tulis Miftahul pada jurnalnya. Di masanya, alun-alun juga digunakan rakyat sebagai tempat menghadap ke rajanya untuk menyampaikan pesan. Menurut penelitian, selain kedudukan raja sebagai penguasa dunia, kedudukan raja juga sebagai pemimpin tertinggi keagamaan. “Penegasan itu disimbolisasikan dengan dipusatkannya kegiatan ritual keagamaan penting di alun-alun dan keberadaan masjid di sebelah barat alun-alun menjadi symbol kekuasaan raja atau budaya di bidang keagamaan,” jelas Miftahul pada penelitiannya. Alun-alun Bandung secara kosmologis menjadi batas antara wilayah sakral dan profan. Letak kosmologis Alun-alun Bandung berada di tengah-tengah antara pendopo dan gunung tangkuban perahu. Pada saat Alun-alun Bandung dibangun, tata ruang Kota Bandung saat itu menyesuaikan dengan pendopo yang sebagai mikrokosmos berada di selatan alun-alun dan gunung tangkuban perahu sebagai makrokosmos atau mahamerunya masyarakat bandung di sisi utara. Ada juga di sisi barat alun-alun Kota Bandung terdapat masjid agung. Alun-alun Bandung memiliki perbedaan dengan alun-alun yang ada di Kota Yogyakarta dan Surakarta. Di kedua kota tersebut terdapat dua alun-alun di sisi utara dan selatan sehingga mengapit keraton. Ini menunjukkan keberadaan alun-alun pada masa Majapahit. “Yogyakarta dan Surakarta merupakan pusat politik dari dua kerajaan, yakni Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta. Sementara itu, Kota Bandung merupakan pusat politik Kabupaten Bandung sehingga tidak memiliki kesejajaran dengan kerajaan atau kesultanan,” tulis Miftahul. Baca Juga Beringin dan Alun-Alun bagi Aktivitas Masyarakat Jawa Tahun 1910 Alun-alun Kota Bandung pada Masa Kolonial Pada saat itu bandung hanya sebuah kabupaten, walaupun para bupati Bandung memiliki hubungan kekerabatan dengan raja-raja di Sunda. Selain itu, saat dibangun pada Mei-September 1810, Kabupaten Bandung merupakan salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Di masa kolonial, alun-alun Kota Bandung tidak memiliki perbedaan dengan masa kerajaan, hanya terdapat bangunan tambahan seperti penjara dan kantor asisten residen atau controleur pada sisi utara atau timur. Di tahun 1930-an, bangunan babancong atau bangunan tempat untuk bupati berpidato saat acara-acara resmi atau untuk orang kepercayaannya menyampaikan pengumuman kepada rakyatnya telah menghilang. Saat ini menurut tim peneliti, bangunan babancong hanya ada di Alun-alun Garut dan Manonjaya. Hingga tahun 1940-an, masih terdapat dua pohon beringin besar di tengah-tengah Alun-alun Bandung dan enam buah pohon beringin lainnya. Kedua pohon tersebut diberi nama Wilhelminaboom dan Julianaboom dimana sebelumnya dipercaya masyarakat dengan lambang kewibawaan bupati dengan kekuasaannya menjadi pengayom rakyatnya. Namun pemerintah Hindia Belanda mengambil alih kepercayaan tersebut dan diganti menjadi simbol kekuasaan Ratu Belanda atas wilayah Hindia Belanda dengan pemagaran alun-alun dan penggantian nama dari pohon beringin menjadi nama Ratu Belanda. “Dalam perkembangannya, Alun-alun Bandung mengalami pergeseran baik secara simbolik maupun makna,” jelas Miftahul. Okezone Tampak Masjid Raya Bandung yang letaknya di pinggir Alun-alun Kota Bandung masa kini Alun-alun Bandung Setelah Masa Kolonial Tim peneliti menulis bahwa, pada awal abad XX secara pragmatis Alun-alun Bandung sudah tidak menunjukkan sebagaimana fungsinya. Alun-alun telah menjadi lapangan luas yang terbuka untuk aktivitas warga. Bahkan sempat menjadi lapangan pertandingan sepak bola pada masa itu. Alun-alun Bandung telah mengalami revitalisasi pada tahun 1950-an oleh Pemerintah Kota Bandung dan menjadi taman kota yang terbuka. Beberapa bangunan peninggalan masa lalu juga telah dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Bandung. Kemudian Alun-alun Bandung sempat ditambah dengan jembatan yang menghubungkan antara Alun-alun Bandung dengan Masjid Agung yang bertujuan agar warga yang berkunjung tidak mengalami kesulitan saat akan melaksanakan ibadah. Untuk menunjang aktivitas sosial, budaya, dan ekonomi, Pemerintah Kota Bandung telah membangun area parkir di bawah alun-alun atau basement yang juga digunakan untuk kegiatan ekonomi warga. Baca Juga Munculnya Kreativitas Masyarakat Bandung dalam Pariwisata Kolonial Selain itu, telah disediakannya penyewaan sepeda, Masjid Raya Jawa Barat yang dulunya adalah Masjid Agung Kota Bandung, dan papan informasi. “Dengan revitalisasi yang telah dilakukan beberapa kali, Alun-alun Kota Bandung mengalami perubahan fungsi ke arah positif karena pada akhirnya dapat menjadi landmark baru bagi Kota Bandung,” tulis Jayanto pada penelitian sebelumnya. Saat inilah yang membuat fungsi dan makna kesakralan Alun-alun Bandung mulai memudar. Menurut jurnal, alun-alun yang sebagai salah satu simbol kekuasaan penguasa akan hilang seiring dengan semakin terbukanya’ alun-alun tersebut dalam menerima rakyat untuk aktivitas umum. “Aktivitas yang dilakukan mereka tidak hanya yang berkaitan dengan upaya penguasa menguatkan kekuasaannya, melainkan acapkali aktivitas-aktivitas yang sama sekali tidak berkaitan dengan kekuasaan politik,” jelas Miftahul dalam jurnalnya. Namun, revitalisasi pada Alun-alun Bandung ini bertujuan untuk ketersediaan ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh publik. PROMOTED CONTENT Video Pilihan foto by Lokasi Jalan Asia Afrika, Balonggede, Regol, Kota Bandung, Jawa Barat 40251 Maps Klik Disini HTM Gratis Buka Tutup 24 Jam Telepon 022 2031490 Indonesia sekarang ini cukup terkenal di kalangan para turis. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki banyak kawasan wisata yang menarik. Baik wisata alam, budaya, sejarah dan juga seni. Untuk wisata alam sendiri Indonesia tidak ada habisnya. Bali mempunyai banyak kawasan wisata alam yang siap memanjakan para wisatawan. Begitu juga dengan Lombok. Belum lagi Papua yang mempunyai surga dunia di Raja Ampat. foto by Sementara di pulau Jawa sendiri dari ujung Barat ke Timur ada banyak kawasan wisata alam yang tidak kalah menarik. Selain keindahan alam di Indonesia, kisah historis dan juga budaya menjadi salah satu daya tarik bagi dunia pariwisata untuk mengundang para wisatawan asing untuk datang ke negeri Khatulistiwa ini. Yogyakarta memiliki wisata budaya, sejarah dan memiliki nilai historis yang bisa mendukung industri pariwisata di sini. Selain Yogyakarta, Bandung menjadi salah satu kota yang bisa memanjakan para wisatawan. Jika berlibur ke kota Kembang ini, tentu saja para wisatawan bisa melihat tata kota Bandung yang masih menggunakan konsep dari jaman kolonial. Begitu juga dengan bangunan-bangunannya. Mulai dari Gedung Sate, Villa Isola, hingga Gedung Merdeka yang masih memiliki bentuk seperti era kolonial Belanda dengan gaya art deco. Tentu saja menjadi salah satu nilai penting di kota yang memiliki julukan Paris Van Java ini. Mengenal Lokasi❤️Sejarah Singkat❤️Filsafat Dari Lokasi❤️Letak dan Lokasi❤️Fasilitas Yang Ada❤️Wisata Kuliner❤️ Mengenal Lokasi❤️ foto by Ketika berlibur ke ibukota Jawa Barat ini tentu saja kurang pas rasanya jika para wisatawan tidak mengunjungi pusat kota Alun-alun Bandung. Kawasan wisata ini menjadi salah satu tempat liburan alternatif yang sangat pas jika berkunjung bersama keluarga dan juga bersama teman-teman dan rombongan. Pasalnya di kawasan wisata ini ada banyak hal yang bisa ditemui. Kawasan wisata Alun-alun Bandung ini tentu saja tidak akan pernah sepi pengunjung. Ditambah lagi sekarang Alun-alun Bandung sudah direnovasi dan juga dimodifikasi sehingga sangat pas untuk tempat liburan favorit bagi keluarga. Kawasan wisata Alun-alun Bandung ini merupakan tempat wisata yang murah dan tentu saja sangat menyenangkan. Tidak salah jika menjelang akhir pekan atau weekend dan juga pada saat libur nasional, Alun-alun Bandung akan sangat padat oleh pengunjung. Alun alun yang berada di pusat kota dan sebagai simbol dari Bandung dan juga landmark dari bumi parahyangan ini dekat dengan kawasan wisata dan tempat hiburan yang siap memanjakan para wisatawan. Di sini para wisatawan bisa menemukan pasar hiburan dan juga tempat wisata kuliner yang siap memanjakan perut. Sejarah Singkat❤️ foto by Alun-alun Bandung adalah pusat dari kota Bandung dan menjadi penanda bahwa di sinilah pusat segala aktifitas dari kota Bandung pada jaman dulu. Alun-laun ini berada di area sebidang tanah yang cukup luas. Dan di sekitar dari alun-alun ini berdiri bangunan yang cukup megah dengan bentuk yang indah. Menjadi salah satu ciri khas dari jaman kolonial tempo dulu. Alun-alun Bandung ini letaknya berada di dekat Grote postweg. Bandung di era walikota sekarang ini yang dipegang oleh Bapak Ridwan Kamil memang terus mempersolek dan terus mempercantik diri. Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk mengembalikan citra dari Bandung yang sudah sangat popular dan juga terkenal di era penjajahan Belanda. Dan proses renovasi kota ini juga membawa alun-alun Bandung berubah menjadi sebuah kawasan wisata yang cukup cantik. Pada awalnya alun-alun Bandung ini memang tidak terjamah alias kurang terawat. Bahkan fungsinya sendiri tidak bekerja dengan maksimal. Berbeda dengan Yogyakarta yang memiliki alun-alun yang cukup indah. Seiring berjalannya waktu, alun-alun Bandung akhirnya mampu memberikan identitas diri dan juga menjadi salah satu landmark dari kota Paris Van Java ini. foto by Alun-alun Bandung memiliki nilai historis dan juga menjadi salah satu tonggak sejarah berdirinya kota Bandung ini. Di saat pertama kali kota Bandung ini berdiri, kuda merupakan salah satu hewan peliharaan yang memiliki peran cukup penting. Ketika itu kuda menjadi satu-satunya alat transportasi yang digunakan untuk keperluan kenegaraan. Salah satunya adalah untuk mengantarkan surat kepada kantor atau markas administratif Belanda. Dan jika menempuh perjalanan yang cukup jauh, biasanya sang petugas akan membutuhkan kuda-kuda lain. Sehingga sangat wajar di kala itu dibutuhkan kuda pengganti untuk mengantarkan surat. Dan biasanya kuda pengganti ini selalu siap sedia berada di pos pengganti guna menggantikan peran dari kuda pertama yang berangkat terlebih dahulu. Pada masa itu salah satu pos untuk kuda pengganti ini berada di jalan raya pos. Letaknya berdekatan dengan gedung kantor pos besar Bandung yang sekarang ini letaknya berada di jalan Banceuy. Jalan Banceuy ini awalnya dari kata Oude Kerkhoffweg. Hal ini disebabkan tempat tersebut pada waktu ini merupakan kuburan orang atau penduduk china yang tinggal di kota Bandung. Sekarang ini area tersebut sudah berubah menjadi tempat untuk menjual aneka onderdil atau suku cadang mobil dan listrik. Dan kuda-kuda ini berada di area alun-alun yang dahulu kala memang difungsikan untuk penggantian kuda-kuda. Dahulu kala nama area ini bukan alun-alun. Ada asal-usul menarik yang beredar di sekitar masyarakat. Pada masa kolonial, setiap Opsir Belanda yang ketika itu hendak berkunjung ke Keraton yang berada di Bandung dan juga Kabupaten serta Kawedanan biasanya akan didampingi oleh para Pejabat lokal. Para opsir ini diantar menggunakan kereta kuda atau bendi. Ketika mendekati area tersebut, biasanya Pejabat Lokal ini akan berteriak ALON-ALON yang artinya pelan-pelan atau perlahan dalam bahasa Jawa. Teriakan ini ditujukan kepada sang kusir. foto by Ketika itu para Opsir atau perwira Belanda sulit untuk mengingat lokasi dan juga nama dari area yang mereka datangi. Pasalnya menggunakan bahasa daerah dan juga bahasa Jawa. Area Kraton yang mereka singgahi akhirnya diberi nama ALOON-ALOON sesuai perkataan para pejabat lokal. Pasalnya hanya area Kraton, Kabupaten dan Kawedanan saja yang menggunakan pejabat lokal untuk mengantarnya. Nama ini yang akhirnya digunakan oleh pemerintah setempat untuk memberi nama daerah di pusat kota. Bahkan di daerah Blitar dan juga Ponorogo sendiri area pusat kota masih menggunakan nama Aloon-aloon. Sementara untuk area Bandung, Jogja dan sekitarnya menggunakan nama Alun-alun. Jadi nama alun-alun ini berasal dari bahasa Jawa yang diserap oleh orang Belanda. Filsafat Dari Lokasi❤️ Alun-alun sendiri memiliki bentuk sepetak tanah berbentuk segi empat yang berada di tengah kota. Dan juga kata alun ini diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris memiliki arti Square atau Quadrado. Sementara dari filsafat untuk tata ruang Jawa yang luhur sendiri alun-alun harus dibangun dengan mengedepankan konsep dari Catur Sagotra dan juga Catur Gatra Tunggal. Yang artinya memiliki Empat Elemen dan juga Satu Unit area. foto by Konsep dari alun-alun yang memiliki unsur empat elemen ini harus mengandung unsur Kraton, Masjid, penjara dan juga pasar di area alun-alun tersebut. Di Alun-alun Bandung sendiri diatur dan juga ditata rapi dengan menggunakan konsep Catur Sagotra. Di sini sudah terdapat Kraton, Masjid dan juga penjara atau Banceuy serta pasar. Tata letak ini disebut juga sebagai Arsitektur Tembok Keliling atau Omwallingarsitektur. Penduduk Bandung tempo dulu memang belum bisa menikmati hiburan seperti bioskop. Akan tetapi pada masa-masa tersebut penduduk Bandung justru mendapatkan tontonan gratis namun sadis. Pada masa tersebut masyarakat Bandung bisa melihat tahanan dihukum mati seperti dihukum gantung di halaman alun-alun. Hukuman gantung ini sendiri menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat pribumi di Bandung. Pendopo yang terdapat di Kabupaten Bandung ini juga memiliki bentuk dan juga tampilan yang mengedepankan arsitektur tradisional Jawa. Dengan bentuk atap yang memiliki bentuk Joglo Tumpang Tiga. Pendopo ini dibangun pada tahun 1850 yang merupakan kediaman resmi dari Bupati Wiranatakusumah II yang memimpin pada era 1810 M. Sementara di bagian yang mengarah ke pendopo ke arah utara dari kota Bandung ini merupakan bentuk dari penghormatan kepada gunung-gunung. Hal ini juga memberikan bentuk apresiasi kepada kesucian dari gunung-gunung tersebut. Di area dalam pendopo sendiri terdapat Ruang Arab yang memiliki banyak hiasan yang menggunakan unsur-unsur Arab. Salah satunya dengan adanya lukisan kaligrafi. Disamping itu area ini sudah dilengkapi dengan tempat pemeliharaan ikan yang sangat luas. Dan penduduk sekitar memberi nama kolam atau tempat pemeliharaan ikan ini dengan nama Balong Gede atau kolam besar. Lahan di area kabupaten sendiri cukup luas dengan adanya nama jalan di belakang kabupaten dengan nama Jl. Pungkur atau Pengker yang memiliki arti Belakang dalam kitab bahasa Sunda. foto by Sementara pohon Beringin menjadi salah satu pohon yang disucikan bagi umat Hindu. Pohon Beringin atau bahasa lainnya adalah waringin merupakan salah satu pohon yang disucikan oleh kaum Hindu. Sama halnya dengan pohon Bodi yang disucikan oleh umat Buddha. Hal ini yang membuat disetiap alun-alun selalu terdapat pohon beringin yang cukup tinggi dan rindang. Hal ini disebabkan untuk menghormati umat Hindu yang merupakan agama yang dianut oleh raja-raja terdahulu. Penghormatan kepada leluhur dibuktikan di alun-alun ini. Di Alun-alun Bandung ini juga memiliki pohon beirngin yang bersejarah. Di sini terdapat pohon Beringin yang ditanam pada tanggal 18 September 1898. Pohon ini ditanam guna memperingati pelantikan dari Ratu Belanda Wihelmina. Oleh sebab itu pohon ini diberi nama Wihelmina Boom yang memiliki arti Pohon Wilhelmina. Sementara pohon beringin kedua ditanam pada tahun 1909. Kala itu Ratu Juliana menggantikan sang ibu untuk naik tahta. Dan pohon ini diberi nama Juliana Boom atau Pohon Juliana. Di setiap Alun-alun sendiri harus ditanam minimal 2 pohon beringin besar yang dikurungi atau dikelilingi oleh tembok. Hal ini disebabkan bahwa pohon beringin ini merupakan Songsong atau payung kerajaan. Payung merupakan lambang keperkasaan dan kekuasaan. Dan ternyata pohon Beringin ini memiliki unsur dan juga berhubungan erat dengan jaman kolonial. Pasalnya di tahun 1942, kedua pohon beringin ini yang memiliki usia 50 tahun atau setengah abad ini akhirnya mati. Padahal usia dari pohon beringin sendiri bisa berabad-abad lamanya. Dan uniknya lagi kematian dari pohon beringin ini berbarengan dengan menyerahnya Belanda kepada tentara Jepang yang datang ke Indonesia. Letak dan Lokasi❤️ foto by Letak dan lokasi dari Alun-alun Bandung ini tentu saja sangat strategis. Pasalnya letaknya berada di tengah-tengah kota Bandung. Ditambah lagi dengan adanya fasilitas taman yang terbuka dan juga bisa dikunjungi oleh siapapun. Kawasan wisata keluarga alun-alun Bandung ini bisa diakses selama 24 jam dan tidak pernah tutup. Apalagi kawasan wisata keluarga ini tidak pernah sepi dar pengunjung. Apalagi di sekitar kawasan wisata ini para wisatawan bisa mengunjungi aneka kawasan wisata sejarah, dan juga kawasan wisata belanja yang bisa diakses dengan mudah. Belum lagi kawasan wisata kuliner yang sangat komplit dan juga lengkap di sini. Fasilitas Yang Ada❤️ foto by Alun-Alun Bandung ini sudah mengalami perombakan dan juga renovasi beberapa kali. Dan terakhir di tahun 2014. Dan Alun-alun Bandung ini kembali diresmikan setelah selesai direnovasi pada tanggal 31 desember2014. Alun-alun Bandung sekarang ini sudah menyediakan aneka fasilitas yang sangat komplit. Mulai dari tempat bermain untuk anak, area parkir, perpustakaan dan tentu saja tidak lupa free wifi yang siap memanjakan para kawula muda yang berada di sekitar taman ini. Area ini memiliki luas sekitar mtpg yang sudah terbungkus rapi dengan rerumputan hijau yang sangat bersih dan juga lembut. Tentu saja membuat kawasan wisata ini sangat pas untuk keluarga. Selain itu tempat sampah juga sudah banyak ditemui di kawasan wisata ini. Pasalnya Bandung memang terkenal dengan tumpukan sampah di sekitar jalan utama. Guna menjaga kelestarian dan juga keindahan serta kebersihan di sekitar Alun-alun Bandung, tentu saja tempat sampah menjadi salah satu fasilitas yang penting. Meski para pengunjung kadang masih suka sembrono. Setidaknya adanya tempat sampah bisa memberikan kesadaran diri kepada para pengunjung yang datang. Wisata Kuliner❤️ Seperti yang sudah disebutkan di awal bahwa di sekitar kawasan wisata keluarga Alun-alun Bandung ini banyak terdapat wisata kuliner. Ada beberapa tempat favorit yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan terutama yang membawa keluarga untuk menikmati aneka sajian kuliner. Salah satunya adalah warung nasi Ibu Imas. Warung nasi Ibu Imas ini namanya memang sudah sangat terkenal di seantero Bandung. Bisa dikatakan hampir semua masyarakat Bandung mengenal rumah makan milik Ibu Imas ini. Selain itu warung makan ini cukup terkenal bagi kalangan mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh harganya yang sangat cocok untuk kantong mahasiswa. Warung Nasi Ibu Imas ini memiliki menu sajian khas kuliner Sunda yang nikmat dan juga lezat. Tentu perpaduan yang pas antara harga yang murah dan menu yang lezat Dari segi pilihan, Warung Nasi Ibu Imas ini menyajikan menu yang cukup banyak. Di sin yang menjadi salah satu menu favorit bagi para masyarakat dan juga mahasiswa adalah menut ayam goreng dan juga ayam bakar. Selain itu juga tersedia menu lain seperti petai, tempe, tahu dan juga lalapan berupa sayuran yang tentu saja bisa menggugah selera makan dan dijamin bisa nambah. Tidak lupa pula di warung ini juga terdapat sambal dadak serta sambal karedoknya yang menjadi salah satu sambal yang cukup digemari bagi para pengunjung yang datang ke Warung Nasi Ibu Imas. Rasanya benar-benar mantap. Selain warung nasi Ibu Imas, kuliner lain yang bisa dikunjungi oleh para wisatawan adalah Mie Linggar Jati. Mie Linggar Jati ini berada di sebuah jalan sempit yang bernama Jalan Balong Gede. Jalan ini berada tepat di depan Alun-alun Bandung. Mie yang satu ini menjadi salah satu warung mie yang sangat legendaris di seantero Bandung. Dan sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Sangat wajar jika masyarakat Bandung cukup mengenal warung mie ini. Alasan mengapa Mie Linggar Jati cukup terkenal disebabkan tekstur mie yaminnya yang cukup lezat dan juga lembut. Ditambah lagi dengan adanya potongan daging cincang yang sangat banyak dan juga semangkuk babat kuah hangat yang membuat perpaduan semakin sempurna. Selain mie, Linggar Jati ini juga sangat terkenal dengan es alpukatnya. Dan ternyata bukan hanya jus alpukat biasa yang membuat es ini cukup terkenal. Potongan alpukatnya sangat besar dan dijamin sangat puas bagi yang menyantapnya. Bagi yang ingin menikmati kopi sembari melihat keindahan Alun-alun Bandung, Warung Kopi Purnama bisa menjadi pilihan. Letak dari Warung Kopi Purnama ini ada di Jalan Alkateri No 22, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung. Tempatnya sendiri berada di sekitar kawasan Braga yang tidak jauh dari Alun-alun Bandung. Meski tempatnya cukup kecil, akan tetapi antusias para pengunjung untuk menikmati kopi di sini tidak kunjung surut. Warung Kopi Purnama ini memiliki gaya arsitektur yang sangat unik. Di dalamnya juga terdapat beberapa susunan dari meja dan juga kursi yang terbuat dari kursi dengan finishing seadanya sehingga memperlihatkan bentuk vintage dan juga unik. Sementara untuk area dinding sendiri ditempel aneka poster serta foto-foto hitam putih yang semakin menggambarkan kesan klasik dan retro. Ditambah lagi foto-foto ini menggambarkan suasana Bandung tempo dulu yang masih sangat bagus. Para pengunjung tentu saja bisa melihat bagaimana perkembangan Bandung dari masa ke masa melalui foto ini. Sembari menikmati kopi tentu saja bisa menjadi pilihan yang pas. Risky Budiman atau lebih dikenal dengan nama Risky. Memiliki pengalaman menulis sejak 2010. Risky adalah seorang penulis berasal dari Jatinegara, Jakarta TImur. Risky memiliki hobi Traveling, Membaca dan Menulis.

angkot ke alun alun bandung